Pages

Thursday, January 30, 2020

Apa Sebenarnya Arti dari Hidup?


Apakah pernah terlintas di pikiran kalian kalau hidup itu sangat abstrak? Dan buat apa sih sebenarnya kita hidup?
Aku terlahir di keluarga yang sederhana. Selama aku hidup aku cukup merasa bahagia, kecuali mengenai satu hal−mamaku meninggal saat aku masih duduk di kelas 3 sekolah dasar. Tapi aku tidak merasa kekurangan kasih sayang.

Masih ada papa, adik, keluarga besar dan teman-teman yang peduli denganku. Walaupun tentu saja, terkadang aku juga merindukan kehadiran dan kasih sayang mama, tapi aku tetap merasa cukup bahagia. Aku pikir itu adalah hal yang normal. Aku pikir semua orang memang merasa seperti itu−bahkan mungkin lebih bahagia dibandingkan denganku. Tapi semakin aku menginjak dewasa, aku baru menyadari bahwa ternyata aku beruntung bisa hidup bahagia seperti ini.
Jika kalian juga aktif menggunakan media sosial twitter sepertiku, pasti sudah tidak asing mengenai thread-thread yang belakangan ini sering viral. Terdapat berbagai macam thread mulai dari yang berguna (share tips, tutorial, dll), horor, sedih (biasanya mengenai pengalaman buruk yang tidak mengenakkan), hingga yang tidak berfaedah (spill aib seseorang). Dulu waktu awal-awal ngehits aku baca segala jenis thread yang muncul di timeline-ku, entah itu penting atau enggak, yang penting aku nggak ketinggalan info yang sedang ramai dibicarakan di twitter J Sampai di suatu titik, aku mulai menyesali waktuku yang terbuang sia-sia membaca thread-thread spill gosip yang sangat tidak ada manfaatnya. Well, sebenarnya bukan benar-benar nggak ada manfaatnya sih. Ini juga merupakan salah satu awal titik balik saat aku mulai menyadari sisi lain dari kehidupan. Yang semula aku pikir semua orang juga menjalani kehidupan yang sama normalnya dengan apa yang aku alami, ternyata ada juga yang hidup dengan cara yang berbeda.
Aku kira Indonesia yang menjunjung tinggi agama−menurut Pancasila sila ke-1, sudah pasti masyarakatnya akan taat dengan agama. Jujur saja, aku sangat shock saat membaca thread mengenai seks bebas (yang kalau sekarang aku pikir sebenarnya cukup bodoh, mengingat sejak lahir aku tinggal di Surabaya dan tahu mengenai tempat bernama ‘gang doli’), tapi itu pertama kalinya aku mengetahui mengenai seks bebas dari sudut pandang pelaku. Dan tidak hanya satu thread, ada cukup banyak thread yang memiliki topik serupa hingga aku berpikir apa hal ini adalah hal yang lumrah terjadi di Indonesia?
Dari thread-thread yang telah aku baca tersebut, aku jadi memiliki sudut pandang baru. Terdapat berbagai alasan yang membuat mereka melakukan hal tersebut, namun yang umum dan membuatku cukup simpatik adalah karena mereka merasa kesepian−terutama karena masalah keluarga (broken home, keluarga yang tidak harmonis, dll). Well, aku jadi merasa nggak pantas untuk menilai apakah yang mereka lakukan itu benar atau salah karena aku nggak pernah merasakan berada di posisi mereka. Aku nggak tahu bagaimana menyesakkan rasa kesepian yang telah mereka alami.
Lanjut mengenai thread lain, ada juga yang menceritakan mengenai pengalamannya saat menikah dengan pria yang sangat tidak menghargai dirinya sebagai seorang istri. Suaminya suka berselingkuh, melakukan kekerasan terhadapnya, bahkan saat ia sedang hamil. Setelah melahirkan pun nggak lantas suaminya berubah, justru semakin parah karena suaminya tiba-tiba berhenti bekerja dan tidak memberi uang serupiah pun kepadanya untuk keperluan anak mereka. Wow, surprising enough? Nggak habis pikir, ya, ada manusia sejahat itu. Di akhir thread ia bercerita kalau kekerasan yang ia dapatkan semakin menjadi-jadi, ia menghubungi ibunya yang berada di Batam (kalau tidak salah ia dan suaminya tinggal di Tangerang) dan ibunya menyuruhnya untuk kembali saja ke Batam. Seakan mengetahui kalau perempuan ini akan kabur, suaminya tiba-tiba membawa anak mereka ke rumah orang tuanya (orang tua dari pihak laki-laki yang juga tinggal di Tangerang) dan menitipkan anaknya disana. Tentu saja perempuan ini panik, ia tidak ingin meninggalkan anak kesayangannya, namun ia juga khawatir mengenai dirinya sendiri apabila ia tetap bertahan untuk tinggal bersama dengan suaminya. ‘Bisa-bisa aku mati disana.’ Begitu yang ia tulis di threadnya mengenai kekerasan yang dilakukan oleh suaminya sudah benar-benar tidak masuk akal. Dengan berat hati, perempuan itu memilih untuk kembali ke rumah orang tuanya di Batam dan terpaksa meninggalkan anaknya yang masih bayi di Tangerang karena berada di tangan suaminya. Bisa bayangkan bagaimana sedihnya perasaan perempuan itu? :’(
Aku belum menjadi seorang ibu, tapi membayangkan berada di posisi perempuan itu sudah sangat membuatku sesak. Mengapa perempuan itu harus mengalami hal seberat ini? Mengapa hidup harus sekejam ini kepadanya? Namun surprisingly, saat aku iseng membuka akun twitternya, aku menemukan sebuah video yang perempuan itu unggah. Di video itu menunjukkan sepasang kekasih yang tampak bahagia. Ternyata sepasang kekasih itu adalah dirinya dan kekasihnya yang baru. Aku membaca tweet-tweetnya yang lain dan berasumsi perempuan ini sudah berdamai dengan masa lalunya. Sebuah kabar yang menggembirakan. Aku sempat khawatir dengan pengalaman seperti itu, aku pikir dia akan mengalami trauma dan akan susah memiliki hubungan lagi dengan laki-laki. Tapi syukurlah dia bisa mengatasi semua itu. Beberapa tweetnya menunjukkan ia masih berusaha memperjuangan hak asuh anaknya yang masih tinggal dengan mantan mertuanya di Tangerang. Membaca semua itu, aku hanya bisa mendoakan semoga saja ia bisa bertemu dengan anaknya kembali dan memiliki hubungan yang jauh lebih baik dibandingkan yang sebelumnya dengan kekasihnya yang baru. Sebuah thread yang menyesakkan, namun cukup menginspirasi agar kita terus mencari kebahagiaan dan tidak berlarut-larut terpuruk dengan masa lalu, seberat apapun masalah yang kita hadapi.
Next, thread yang nggak kalah menyesakkan adalah thread-thread yang ditulis oleh korban pelecehan seksual. Kalian sudah bisa membayangkan bagaimana menyakitkannya, kan? Terutama saat mereka menjelaskan bagaimana pelecehan seksual yang telah mereka alami menyebabkan dampak traumatik yang bahkan masih melekat bertahun-tahun kemudian. Tidak jarang pelaku pelecehan seksual ini bahkan keluarga mereka sendiri. Ada yang dilecehkan oleh ayahnya, oleh kakaknya, oleh sepupunya, oleh pamannya, dan mereka tidak tahu harus menceritakan ini kepada siapa. Ada beberapa orang yang dengan berani speak up dan menceritakannya kepada ibu mereka. Namun dalam beberapa kasus, ibu mereka tidak mempercayainya karena pelakunya adalah anggota keluarganya sendiri, yang menurutnya tidak mungkin melakukan hal seperti itu. Wow, jadi double, ya, sakitnya. Sudah jadi korban pelecehan, ketika berani untuk speak up justru tidak dipercaya.
Untuk pelecahan seksual ini, aku cukup mengerti karena aku juga pernah mengalami hal yang serupa beberapa waktu yang lalu :’ )
Aku ingat hal itu terjadi di siang hari, dalam perjalananku pulang ke tempat kos sepulang kuliah. Jadi kosanku ini masuk ke gang kecil di samping kuburan. Sebenarnya ada jalan yang lebih besar, namun jaraknya menjadi sedikit lebih jauh. Aku lebih sering jalan melalui gang kecil ini. Saat itu aku sedang berjalan sendirian di gang kecil ini. Kemudian aku mendengar suara motor dari arah belakang. Aku tidak mengkhawatirkan apapun karena biasanya memang ada motor yang melalui gang ini juga dan tidak pernah terjadi apa-apa. Namun kala itu, saat motor sedang berjajar di sampingku, si pengendara yang sepertinya bapak-bapak−aku hanya mengira-ngira karena aku hanya melihat dari belakang saat dia melewatiku, menjulurkan tangannya dan meremas dadaku. Lalu dia melewatiku begitu saja seolah tidak ada yang terjadi. Aku terlalu terkejut untuk bereaksi, sehingga aku hanya diam. Aku terlalu bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Kejadian itu mungkin hanya berlangsung selama satu detik, namun dampaknya berlangsung cukup lama. Aku takut. Aku tidak mau melewati gang itu lagi. Atau setidaknya aku tidak ingin melewatinya sendirian. Selama beberapa hari setelah kejadian itu, aku lebih memilih melewati jalan yang lebih besar walaupun memakan waktu yang lebih lama. Saat aku kebetulan pulang bersama dengan teman dan melewati gang kecil itu, aku menjadi parno saat ada motor yang melintas. Takut-takut mimpi buruk itu terulang kembali. Namun syukurlah, sampai akhirnya aku lulus dari universitasku dan kembali ke Surabaya, hal itu tidak pernah terjadi lagi. Sekarang aku sudah tidak begitu trauma dengan kejadian itu, asalkan aku tidak berusaha mengingat-ngingat.
Kira-kira ketiga thread seperti itulah yang menyadarkanku kalau ternyata hidup bisa begitu kejam. Bagaimana orang-orang bisa setegar itu menghadapi permasalahan yang menimpanya? Aku tidak tahu apakah aku bisa sekuat mereka jika berada di posisi yang sama.
Aku masih tidak tahu apa arti sebenarnya dari hidup. Apa yang akan kita dapat setelah melalui berbagai cobaan di dunia ini? Namun satu hal yang aku percaya, Tuhan pasti akan memberikan balasan yang setimpal dengan apa yang sudah kita lakukan. Aku harap setelah mengetahui jika hidup bisa begitu tidak adil, kita tidak lantas menyerah. Sebaliknya, kita bisa mengambil pelajaran agar kita bisa menjadi sosok yang lebih kuat lagi dan menjadi lebih bersyukur saat kita dikaruniai kebahagian. Aku percaya tidak ada hal yang sia-sia jika kita melakukan yang terbaik untuk melalui berbagai permasalahan yang menghadang kita selama kita hidup J

No comments:

Post a Comment

Announcement!!

  Terima kasih buat semua yang udah menyempatkan waktu buat mampir dan baca artikel di blog ini selama ini. It’s means a lot for me! Sebag...